Senin, 09 Agustus 2010

KOMPLEKS

Sudah hampir setahun setelah kejadian saat orang yang saya sayangi mengkhianati perasaan saya. Ini memang bukan waktu yang singkat buat saya untuk melupakan suatu hal yang pahit dan mungkin menyayat hati kita. Dalam kurun waktu setahun ini, saya memang sudah memaafkan apa yang dia lakukan kepada saya. Tidak ada salahnya bagi kita untuk memberikan kesempatan kedua. Halaman barupun ditulis, saat saya memberinya kesempatan utnuk memperbaiki kesalahan yang telah ia buat. Banyak hal yang saya lalui, dan berbagai cara saya lakukan untuk melupakan hal yang sangat menyakiti hati saya. Sedikit berhasil dan cukup mengalihkan perhatian saya, sehingga kepercayaan yang telah diruntuhkannya, boleh dibangun sedikit demi sedikit.

Bisa dibilang, hubungan kedua ini cukup nyaman dilalui, meskipun pada awalnya, saya masih belum bisa menerima dia sepenuhnya. Ada satu hal yang masih sangat mengganggu perasaan dan pikiran saya. Satu kata TRAUMA. Ya, saya trauma dengan hal ini. Hal yang benar-benar dapat menghambat laju kehidupan saya. Saya sangat risih mendengar dan mengetahui berbagai hal tentang SELINGKUHANNYA. Melihat namanyapun, saya merasa ada sesuatu yang bergejolak seolah ingin memberontak dan ingin marah, serasa waktu kembali pada kejadian Juli 2009 lalu.

Saya memang hanyalah wanita biasa, yang mungkin terlihat tegar didepan, tetapi saya membutuhkan pundak untuk menangis, dan ruang untuk menumpahkan apa yang saya rasakan. Pada waktu itu, mungkin itu adalah pertama kalinya ia menyakiti saya. Tetapi, meskipun luka itu sudah tertutup, tetapi bekasnya masih ada dan selalu mengingatkan saya akan kejadian buruk itu.

Sungguh hal yang sangat ironis sekali, saat saya mencoba untuk menyanyanginya lebih lagi, ia malah pergi dengan perempuan pilihan kakaknya. Saya ingin sekali menghapus semua tentang ia dan selingkuhannya itu. Butuh waktu berapa lama? agar saya berhasil mencuci otak saya, agar saya tidak mengenal mereka berdua dan menghilangkan semua kenangan yang pernah saya bangun denganya.

Mencoba melakukan apa yang Tuhan katakan untuk mengasihi musuh kita memang benar-benar sulit. Semakin saya berbuat baik padanya, semakin menangis hati saya mengingat hal itu. Saya mencoba tidak menjadi orang kebanyakan, tetapi hal tersebut sungguh menyakiti saya sendiri dan perasaan saya.

Kebingungan melanda ketika saya harus melihat namanya dan wanita yang pernah menyakiti saya. Saya ingin meminta pada Tuhan, agar Tuhan mau menghapus semua pikiran saya tentang mereka. Apakah saya orang yang begitu jahat ? sampai saya tak bisa mengasihi orang yang telah meninggalkan bekas pahit di hati saya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar