Selasa, 02 Agustus 2011

Aplikasi Gerakan Anti-Kosmopolitanisme

Perubahan tatanan dunia baru merupakan wacana yang dibawa oleh ketiga perspektif yang berkaitan yaitu fundamentalisme, nasionalisme dan kosmopolitanisme. Meskipun contain yang mereka sebarkan itu sama yaitu dalam membentuk world order, dalam mengusung misi ini terimplementasi dalam bentuk yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Beberapa kelompok fundamentalis seperti Ku Klux Klan di Amerika dan Al-Qaeda di wilayah Timur Tengah lebih memilih gerakan radikal dalam merubah tatanan dunia menjadi lebih mengacu pada nilai-nilai fundamental agama. Sedangkan world order yang diusung oleh kaum kosmopolit lebih mengacu pada adanya supranasionalisme atau beyond nationalism. Pandangan mereka tentang world order adalah untuk menggantikan tatanan dunia lama yang dianggap mereka tidak berpihak pada kelompoknya bahkan tidak adanya keadilan bagi mereka. Adil bagi fundamentalis adalah ketika kepentingan mereka menjadi yang utama dibanding kelompok lain. Dominasi kepentingan ini akan menjadi sebuah streotipe dalan tatanan dunia baru dan cara-cara mereka sebagai kelompok anti-kosmopolitanisme bergerak dalam aksinya untuk mencapai tujuan mereka.
Contoh yang pertama adalah kelompok Ku Klux Klan yang bergerak pada tataran fundamentalisme mereka. Kelompok ini sering memunculkan diri dalam pakaian serba putih yang di lengkapi dengan jubah putih bercorak salib merah dan topi putih memanjang ke atas. Keberadaan kelompok ini ada di AS yang mempercayai bahwa penduduk kuli putih memiliki superioritas yang tidak dapat disamakan dengan penduduk kulit hitam. Aksi mereka lekat dengan tindakan rasisme terhadap penduduk kulit hitam di AS. Cara-cara radikal yang digunakan terlihat dengan perusakan fasilitas umum bahkan membakar properti orang lain. Meskipun reduksi terhadap gerakan ini terlihat pasca Perang Dunia II, namun keberadaan Ku Klux Klan masih ada di AS dan beberapa negara kulit putih lainnya. Tujuan kelompok ini adalah untuk menyingkirkan kaum kulit hitam dalam aspek sosial masyarakat juga dalam pemerintahan mereka.
Contoh yang kedua adalah gerakan perjuangan Islam yang dikaitkan dengan kegiatan terorisme. Hizbut Tahrir, Jamaah Islamiyah dan Al-Qaeda merupakan musuh besar negara barat terutama AS dan sekutunya. Hizbut Tahrir misalnya merupakan kelompok masyarakat Islam yang bertujuan membentuk khilafah dunia. Sistem ini berlaku dalam dunia global tidak hanya pada tataran regional dan lokal. Khilafah disini mendasarkan semua aspek kehidupan baik itu hukum dan sosial pada ajaran Islam yang tercantum dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Berdirinya suatu khilafah aka dipimpin oleh khalifah yang berbeda dengan sistem presidensiil, perdana menteri dalam pemerintahan parlementer, atau raja dalam sistem kerajaan, juga pemimpin spiritual seperti Paus dan Ayatollah Khomeini. Disini seorang khalifah merangkap seluruh jabatan diatas menjadi satu dimana khalifah ini ditentukan oleh wakil rakyat yang menguasai ilmu dunia namun ilmu spiritual. Kelompok ini dalam gerakannya menekankan pada intelektualitas agen dimana lebih memilih forum diskusi dan gerakan non-anarkis. Negara khilafah ini di interpretasikan oleh beberapa akademisi internasional sebagai bentuk modern state atau modern Moeslem state.
Yang ketiga masih ada dalam lingkup Islam, namun gerakan yang dipilih berbeda dengan Hizbut Tahrir. Al-Qaeda mencapai tujuannya lebih cenderung menggunakan cara-cara anarkis bahkan aksi teror pada masyarakat internasional. Salah satu aksinya yang juga menjadi titik kulminasi terorisme internasional adalah kejadian 9/11 dengan pemboman gedung WTC di AS. Tragedi 9/11 dapat disebut juga sebagai bentuk attack dari organisasi Al-Qaeda yang mayoritas pengikutnya adalah tentara muslim yang dibentuk oleh pemerintah AS pada Perang Dingin di kawasan Afghanistan dan sekitarnya untuk membendung penyebaran komunis oleh Uni Soviet. Namun pada perkembangannya, implementasi gerakan ini lebih pada manifestasi jihad dalam lingkup internasional untuk memerang negara AS dan sekutunya yang dianggap sebagai bentuk hegemon dunia. Tujuan mereka sama dengan Hizbut Tahrir, yaitu untuk membuat negara Islam yang berlandaskan syariah. Kekuatan AS yang pada saat itu berada dipuncak dianggap sebagi penghalang realisasi khalifah dunia juga aliansi AS dengan lawan organisasi Al-Qaeda.
Kelompok diatas merpakan contoh kelompok anti-kosmopolitanisme yang memandang bahwa dominasi kepentingan mereka harus diutamakan. Ini juga merupakan bentuk superioritas kelompok mereka akan kelompok lain. Penolakan mereka terhadap kehadiran masyarakat bukan anggota yang dilandaskan atas dasar agama seperti Islam adalah satu bentuk penyelewengan. Karena Islam pun mengajarkan adanya toleransi dimana dalam membentuk suatu negara khilafah masyarakat dan negara harus tetap menghormati masyarakat non-muslim dengan mekanisme menjadikan agama sebagai ranah privat dan meminimalisir interbensi hukum pemerintahan dalam keagamaan. Sebenarnya, kehadiran pemikiran untuk menjadi suatu dunia khilafah bukan satu pemikiran yang benar-benar baru karena pernah berada pada titik kejayaan masa Nabi Muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar